Sabtu, 12 Januari 2013

gizi buruk


Gizi Buruk (Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat

Memasuki era modern pada saat ini menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan yang pada dasarnya sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor lain. Masalah kesehatan kini tak hanya berhubungan dengan faktor penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri atau virus saja, akan tetapi pada sistemnya secara kompleks dapat ditimbulkan karena adanya masalah dari sisi ekonomi, sosial, budaya, dan pengetahuan masyarakat.  Salah satu masalah kesehatan sebagai dampak dari serentetan masalah tersebut yang harus ditangani secara keseluruhan adalah Gizi buruk.
            Gizi buruk merupakan keadaan kekurangan asupan makanan bergizi atau karena sakit dalam waktu lama sehingga tubuh kekurangan protein serta energi tingkat berat dengan ciri-ciri tertentu. Gizi buruk sendiri ada dua tipe, yang pertama adalah tipe maramus dan kedua adalah kwashiorkhor. Gizi buruk maramus terjadi karena tubuh kekurangan kalori tingkat berat dengan ciri-ciri anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, rewel, rambut tipis dan mudah rontok, kulit keriput, dan perut cekung. Sedangkan tipe kwasiorkhor terjadi karena tubuh kekurangan protein tingkat berat, ciri-cirinya adalah wajah bulat dan sembab, apatis, rambut merah dan mudah rontok, perut buncit, punggung kaki bengkak, dan terdapat bercak merah kehitaman pada tungkai kaki atau pantat.
Di Indonesia sendiri kasus Gizi buruk banyak ditemukan. Salah satu daerah di Indonesia yang sering terjadi kasus tersebut adalah daerah NTT, khususnya wilayah Noemuke (sebuah desa dengan wilayah terpencil) yang merupakan daerah endemik gizi buruk. Di daerah tersebut, balita penderita gizi buruk mencapai 80% dibanding dengan balita sehat. Ironis memang, di era maju sekarang justru timbul penyakit gizi buruk. Akan tetapi dalam penanganan serta identifikasi penyebabnya gizi buruk tidak bisa hanya ditelaah dalam satu sisi kesehatan atau kurangnya asupan makanan terutama makanan yang bergizi saja. Kasus ini melibatkan banyak aspek seperti ekonomi, pendidikan serta pengetahuan, ketersediaan bahan pangan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan. Infeksi penyakit hingga kondisi dan letak geografis serta kebijakan dari pemerintah. Gizi buruk yang telah banyak terjadi di berbagai Negara di dunia merupakan suatu kasus yang harus ditangani secepatnya. Khusunya Indonesia, gizi buruk yang terjadi pada anak-anak dapat memangkas para generasi penerus bangsa. Kini diperlukan peran segenap masyarakat khususnya pihak-pihak terkait seperti pemda, dinkes, LSM serta tokoh masyarakat yang dapat membantu memberantas gizi buruk melalui suatu program kerja yang baik serta dapat dilaksanakan dengan benar. Pada dasarnya upaya untuk memberantas gizi buruk dan pencegahan gizi buruk terhadap suatu kelompok masyarakat sama halnya mengubah keterbelakangan mereka dalam hal pengetahuan, keterampilan, ekonomi, dan segala aspek kehidupannya untuk menuju masyarakat yang lebih maju dalm berpola pikir, utamanya dalam berpola asuh terhadap anak.
Pembahasan menurut tujuh bidang ilmu Kesehatan Masyarakat :
  • GIZI KESEHATAN : Gizi buruk merupakan penyakit karena kurangnya asupan gizi, utamanya protein dan kalori. Peningkatan gizi seimbang sangat diperlukan dalam usaha mencegah penyakit ini, jika keadaan ekonomi masyaraka rendah, bisa diadakannyya bantuan pangan dari pemerinta. Pengadaan posyandu juga penting untuk memantau pertumbuhan anak dan juga dapat dijadikan sarana pemberian makanan bergizi seperti susu dan vitamin.
  • PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU : salah satu faktor utamanya terjadinya gizi buruk adalah kesalahan pola asuh dan perilaku orang tua tentang kurangnya perhatian asupan makanan untuk keluarganya. Penyuluhan kesehatan tentang gizi pun sangat minim di masyarakat sehingga masih banyak orang tua yang kurang sadar akan asupan gizi anaknya. Oleh karena itu diperlukannya pendidikan di masyarakat mengenai makanan bergizi, cara mengolahnya yang benar, dan utamanya bagaimana memperolehnya dengan cara yang murah.
  • BIOSTATISTIK DAN KEPENDUDUKAN : pemerataan pendataan secara berkala penting untuk dilakukan. Hasilnya digunakan sebagai alat untuk mengetahui tingkatan masyarakat yang terkena gizi buruk dan mengetahui salah satu faktor penyebab terjadinya gizi buruk. Sehingga dapat diambil tindakan yang lebih tepat untuk menanganinya.
  • EPIDEMIOLOGI : dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari Biostatistik dan Kependudukan dapat diketahui faktor penyebab serta gejala timbulnya penyakit, sehingga dapat dilakukan intervensi pencegahan dan memunculkan solusi untuk mengurangi gizi buruk.
  • ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN : kesalahan kebijakan kesehatan dapat berdampak pada kurangnya perhatian pemerintah terhadap penyakit gizi buruk sehingga penyakit ini masih tetap terjadi pada masyarakat kurang mampu. Pembenahan kebijakan yang tepat perlu untuk dilakukan. Hal ini tidak hanya menyangkut pada satu bidang saja. Misalnya mendayagunakan SDM untuk pengelolaan hewan ternak dengan hasil bagi untuk manyarakat berupa daging atau susu. Hal itu akan sangat bermanfaat juga untuk peningkatan asupan makanan bergizi bagi masyarakat. Selain itu dengan memfungsikan kembali health care untuk korban gizi buruk dan pemantauan pertumbuhan anak juga sangat membantu meringankan kasus gizi buruk.
  • KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA : gizi buruk tidak hanya menyerang pada anak-anak saja, oleh karena itu orang dewasa juga harus tetap memperhatikan asupan gizinya. Para pekerja di perusahaan juga perlu mendapat perhatian mengenai asupan gizi yang terkandung dalam jatah makanannya.
  • KESEHATAN LINGKUNGAN : menurunnya kualitas kesehatan lingkungan ditambah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan lingkungan, akan berdampak pada menurunnya kualitas hasil pangan. Sehingga masyarakat di daerah tersebut tidak mendapatkan makan yang bergizi. Oleh karena itu diperlukan pendidikan dan pelatihan tentang cara mengolah lingkungan mereka menjadi bermanfaat. Dari sisi kebersiha lingkungan juga tetap harus diperhatikan, agar tidak timbul penyakit lainnya yang dapat juga menurunkan kekebalan tubuh sehingga sakit berkelanjutan yang juga dapat menyebabkan gizi buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar