Kebiasaan ngomel seringkali
dipicu hal-hal kecil, seperti kebiasaan suami yang menaruh pakaian
kotor sembarangan atau menunda tugasnya membuang sampah. Omelan semacam
ini kemudian memicu konflik rumah tangga, dan bisa berbuntut pada
perceraian. The Wall Street Journal mengungkapkan hasil survei yang
menunjukkan kebiasaan ngomel di rumah tangga lebih membahayakan pernikahan dibandingkan perselingkuhan.
Pada saat suami atau istri ngomel, pertengkaran dapat
mengikutinya kemudian jika pasangan fokus pada hal-hal yang memicu
omelan dan sama sekali tidak berusaha untuk mencari solusi dari akar
masalah tersebut. Konflik semacam ini, jika terpelihara dalam hubungan
berpasangan dapat memicu terjadinya perceraian.
Omelan juga biasanya ditutup dengan sikap menuduh. Pada awalnya, Anda
mungkin hanya mengeluhkan kebiasaan suami tidak menaruh barang pada
tempatnya. Namun, omelan kemudian berbuntut pada pernyataan yang
membuat orang lain merasa dihakimi. Misalnya, Anda kemudian menyebutnya
sebagai orang yang berantakan, tidak bisa diandalkan dan label negatif
lainnya. Inilah yang membuat omelan berdampak buruk pada hubungan
berpasangan.
Ungkapan emosi lewat omelan seperti ini perlu diatasi oleh diri Anda
sendiri. Harus muncul kesadaran dari dalam diri untuk memperbaiki
kebiasaan buruk tersebut. Jika maksud omelan Anda adalah mengingatkan
suami untuk tidak mengulang kebiasaan yang menganggu Anda, alihkan
omelan dengan cara lain.
Kesadaran tersebut bisa muncul karena berbagai hal. Boleh jadi, Anda mulai sadar untuk tidak ngomel
karena kehadiran si kecil. Tentunya Anda dan suami tak ingin terlihat
bertengkar karena hal-hal kecil di depan anak bukan? Apa pun alasan di
baliknya, Anda dan suami harus menemukan cara untuk mulai menghentikan
kebiasaan ngomel. Anda bisa mencoba dua cara ini.
Pesan singkat
Anda bisa mengirim pesan singkat melalui ponsel untuk mencegah
terjadinya konflik. Karena, omelan yang disampaikan langsung biasanya
menggunakan intonasi suara yang tinggi dan memancing emosi. Belum lagi
jika Anda dan suami sama-sama memasang muka masam. Alih-alih
menyampaikan pesan utamanya, bahwa Anda tidak menyukai kebiasaan suami,
Anda dan dia justru malah bertengkar tak berujung karena sama-sama
terpancing emosi.
Sementara, omelan yang Anda sampaikan melalui SMS atau BlackBerry Messenger
misalnya, mengurangi kadar emosi karena Anda dan pasangan
berkomunikasi melalui tulisan tanpa nada suara yang menunjukkan
kekesalan atau tuduhan.
Mantra
Ucapkan mantra kepada diri sendiri, untuk tidak ngomel kepada suami
meski ia tidak melakukan apa pun yang Anda harapkan. Mantra ini
sifatnya personal, dan lebih berfungsi sebagai sugesti diri. Kontrol
diri Anda dengan mengucapkan kata-kata yang sifatnya menenangkan.
Misalnya ucapkan, "Sudah, santai saja, biarkan saja". Anda bisa
menciptakan sendiri kata-kata mantra yang dapat menghentikan niat Anda
untuk ngomel.
Bagaimana dengan Anda, punya cara lain yang lebih ampuh untuk menghentikan kebiasaan ngomel ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar